Connect with us

Ekonomi

51,79 Ribu Orang Miskin, Margiyono: Prediksi Orang Miskin Pedesaan Jauh Lebih Besar

Pakar ekonomi dari Universitas Borneo Tarakan, Dr Margiyono, S.E., M.Si. (Ft. Dok)

Newstara.com TARAKAN – Angka penduduk miskin berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara) pada Maret 2010 mencapai 51,79 ribu orang atau sekitar 6,80 persen yang dihitung melalui metode pendapatan perkapita dengan harga sejumlah komoditi sembilan bahan pokok (Makanan dan Non Makanan).

Namun, Pakar ekonomi dari Universitas Borneo Tarakan, Dr Margiyono, S.E., M.Si justru memprediksi angka tersebut bisa jauh lebih besar jika dipengaruhi oleh standar harga atau pengeluaran dengan pendapatan yang dipetakan dari penduduk pedesaan dengan perkotaan.

Lektor dan Dosen Tetap UBT ini mengatakan penghitungan besaran pendapatan dan pengeluaran di perkotaan dan pedesaan jauh berbeda, apalagi perhitungan secara nasional. Seperti, standar nasional pengeluaran Rp 425 hingga 450 ribu perkapita, namun di Kaltara berada dikisaran Rp 625 ribu hingga Rp 750 ribu perkapita.

“Nah kalau kita menggunakan penghitungan itu, maka pedesaan jauh lebih banyak penduduk miskin, karena estimasi hitungan untuk Tarakan saja menembus Rp 700 ribu dan pedesaan Rp 625 ribu,”

“Artinya kemiskinan akan berkaitan erat dengan perubahan harga (Fluktuasi) dan otomatis pendapatan ikut menurun, lalu akan semakin melorot kebawah dan kemiskinan secara rentan bertambah,” sambungnya.

Margiyono menyebutkan biasanya Pemerintah memiliki Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID), maka tim tersebut berperan besar untuk mengendalikan pergerakan harga pasar, sehingga neraca garis kemiskinan dapat dikendalikan untuk perkotaan dan pedesaan.

“Penduduk miskin di perkotaan memiliki rentang persentase 3 hingga 5 persen dalam kurun waktu 5 tahun (periode 2015-2020) sementara pedesaan 9 hingga 11 persen. Nah jika merujuk data itu maka kisaran 6 persen, hasil data BPS kita ambil rentang tengahnya,” ucap Margiyono.

Selain pengendalian harga, juga dibutuhkan perbaikan infrastruktur, transportasi, agar distribusi barang dari kota ke desa atau sebaliknya tidak terbebankan dengan biaya transportasi tinggi yang pada ujung-ujungnya akan menambahkan penduduk miskin di pedesaan.

“Namun begini kalau kita lihat, persentase kemiskinan itu tidak terlalu jauh bergeraknya, tapi kalau terkait jumlah penduduk terlihat bertambah karena garis kemiskinan itu by name by address, dan sulit melihat yang persentase karena harus individu, kita tidak bisa terjebak dengan angka persen tadi tapi harus angka nominal,” tuturnya.

Reporter: Aldi S

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

More in Ekonomi