Newstara.com TARAKAN – Wakil Kepala Polisi Daerah (Wakapolda) Kombes. Pol. Drs. Zainal Arifin Paliwang, S.H., M.Hum merupakan salah satu tokoh di dunia kepolisian yang sempat viral beberapa waktu lalu foto-fotonya sempat menghiasi social media (Sosmed). Namun, tidak banyak publik mengenal sosok pribadi sang Perwira Menengah Kepolisian itu karena dirinya meyakini bahwa fokus untuk bekerja sebagai pengayom dan pelayan lebih penting daripada sebuah ekspose prestasi.
Redaksi Newstara.com pun berkesempatan dan selama 30 menit untuk wawancara dan mengenal lebih dekat seperti apa seorang Kombes Pol Zainal Arifin Paliwang (ZAP) ini. Ternyata, dibalik ketegasan dan keramahannya tersirat sangat mencintai keluarga dan seumur hidupnya akan terus mengabdikan diri melayani masyarakat.
ZAP memiliki keluarga kecil bahagia bersama istrinya Hj. Rahmawati SH dan dikarunia 3 orang anak, yakni Nofandi yang saat ini tercatat sebagai Anggota Polri di Samarinda, Raspidandi yang merupakan pengusaha, dan paling bungsu adalah Zarah yang masih kuliah di Binus BSD Tangerang Banten.
Persoalan hobby olahraga, jangan ditanya karena hampir semua olahraga digemarinya mulai dari Basket, Sepak bola, Bola Volly, Karate, Pencak Silat dan lain-lain. Untuk dunia seni pun cukup lihai, karena orang ini bisa memainkan beberapa alat musik, bahkan terompet cukup piawai dimainkan. Bahkan, sejak remaja sudah menorehkan prestasi dan sempat menjadi salah satu wakil seni daerah tradisional asal Sulawesi tengah (Sulteng) yang dikirim ke ibukota Jakarta.
Selain dunia olahraga, seni musik dan tari juga penikmat musi lawas dan Jazz ini juga pandai mengolah makanan, mulai dari makanan berat hingga snack atau kue-kue. Alhasil, cukup lihai dan memiliki keterampilan yang tidak semua orang memilikinya.
“Saya dari kecil memang suka masak dan saya injak ibukota pertama kali itu tahun 1979 menjadi wakil dari Sulteng Poso untuk tari daerah, perjalanannya pun naik kapal tidak seperti sekarang naik pesawat 1 jam kemudian sudah di Jakarta, saya juga hobby memasak, olahraga apa saja boleh, main musik juga oke,” ujarnya kepada Newstara.com pada Senin sore, (11/11/2019) di Cafe Tarakan Plaza.
Dirinya pun bergabung di keluarga besar Kepolisian pada tahun 1982 dengan masuk Akademi Kepolisian di Makassar lalu pada tahun 1986 lulus, dan pernah beberapa kali bertugas di daerah seperti Sulawesi, Jogjakarta, Jawa Barat, NTB, Bali, Riau dan Aceh. Padahal waktu itu, Aceh masih dalam kondisi konflik hingga menjelang referendum.
Cerita menariknya adalah saat ZAP bertugas di Aceh, dimana dirinya harus menghadapi berbagai karakter penduduk lokal yang menginginkan kemerdekaan, lalu dihadapkan dengan gesekan dengan aparat. Bahkan, sempat beberapa kali suasana mencekam dan diberondong dengan peluru dan lainnya.
“Waktu di Aceh pas lagi referendum itu keluarga saya diminta untuk di evakuasi ke daerah luar seperti Medan dan Jakarta, tapi saya nggak mau dan memilih anak istri saya titipkan sama salah satu tokoh adat disana, alhamdulillah semua selamat dan baik-baik saja,” ucapnya menerawang kejadian bertahun-tahun lalu.
Zainal menceritakan kala itu anak dan istrinya tinggal di Banda Aceh sementara dirinya bertugas di Kantor Polisi di Aceh Utara, dan perjalanan menempuh hampir 5 jam. Bahkan, cenderung dalam perjalanan juga mengerikan dan mencekam karena suatu waktu bisa saja terjadi penjegatan oleh kelompok yang menginginkan suksesi referendum Aceh.
“Waktu itu sangat mengerikan semua keluarga dibawa eksodus dan anak-anak masih kecil semua, dan ada teman-teman yang eksodus ke Medan dan Jakarta, tapi saya titip anak dan istri sama tokoh di Aceh. Dan pernah di berondong peluru juga dan itu sudah biasa dan saya tugas di Aceh Utara tapi keluarga di Banda Aceh, naik mobil 5 jam perjalanan mencekam,” tuturnya yang menyebut hal itu menjadi sebuah pengalaman yang sangat berkesan dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupannya dan keluarganya.
Lalu bagaimana pendapat ZAP mengenai 4 Kabupaten dan 1 Kota di Provinsi Kalimantan Utara yang menjadi sebuah Provinsi termuda, ternyata baginya memang memiliki ciri khas tersendiri untuk masing-masing daerah seperti sektor perekonomian, bahkan punya ciri masing-masing yang dapat di unggulkan.
“Kaltara merupakan pemilik wilayah yang sangat luas, bahkan memiliki perbatasan negara dengan negara lain sehingga menjadi gerbang atau menjadi etalase negara sehingga kita bisa menampilkan pembangunan yang artinya orang luar negeri melihat Kaltara juga wah dan kesannya cukup baik, seperti Entikong kan sudah cukup baik itu,” ujarnya.
“Dari sektor keamanan sipil juga Provinsi Kaltara termasuk daerah yang cukup baik dan pola pengamanan antara satu daerah dengan daerah lainnya berbeda, misalkan Kabupaten Tana Tidung (KTT) berbeda dengan wilayah perbatasan seperti Nunukan, berbeda geografis dan tempatnya sehingga ada kebijakan dan perlakukan khusus mengenai hal ini, baik pengamanan darat, air dan udara,” tambahnya.
Zainal menyebutkan saat ini Polda Kaltara sudah menerima bantuan pengamanan berupa dua unit kapal cepat untuk kebutuhan perairan di Kabupaten Nunukan untuk mengantisipasi menjaga perbatasan sementara untuk personil masih 30 persen, sehingga diharapkan ada tambahan pada tahun ini yakni sekitar 300 personil.
“Kita berharap sudah mandiri untuk rekruitmen personil ini, karena tahun sebelumnya kan masih ikut Polda Kaltim, mudah-mudahan tahun ini kita bisa mandiri, dan tentu tambah personil dan tambah perlengkapan dan peralatan pengamanan maka anggaran juga tambah,” ujarnya.
Baginya, Kalimantan Utara memiliki banyak potensi sumber daya alam (SDA) yang cukup berlimpah. Namun, belum dikelola secara maksimal seperti minyak, gas, tambang batubara dan mineral. Bahkan, sumberdaya manusia (SDM) dikira mencukupi karena masih terdapat banyak usia produktif yang membutuhkan keterampilan usaha maupun lapangan kerja.
“Pertama aman dulu, manakala wilayah aman dan rukun maka inivestor akan mudah masuk, juga usia-usia produkti anak muda milenial ini juga sebenarnya bis akita dorong untuk lebih aktif memasuki dunia usaha dan kerja, jadi semua ada di Kaltara, mau SDA, SDM atau lainnya semua ada karena provinsi baru jadi belum dikelola secara maksimal,” ujarnya.
“Usia produktif sangat berpotensial untuk berkembang, iya artinya potensi-potensi milenial tidak jadi penonton di daerahnya sendiri, mangkanya pemerintah harusnya melihat potensi-potensi ini dan membuka sekolah-sekolah yang bisa langsung kerja atau usaha,” tambahnya.
Selain SDM, Kaltara juga memiliki kerukunan beragama yang sangat baik ini terjadi karena adanya komunikasi yang cukup baik, semua masalah dapat diselesaikan dengan baik dan memiliki solusi karena terjalinnya komunikasi yang intensif.
“Manakala putus komunikasi maka ini yang bahaya, sekarang kan jaman teknologi canggih semua komunikasi bisa dilakukan baik dengan video conference, telepon atau minimal komunikasi melalui Whatsapp juga bisa untuk mencari pemecahan masalah, dan komunikasi ini juga tidak terbatas dan harus sampai ke bawah,” tutupnya.
Reporter : Yoko Handani