Connect with us

Covid-19

Covid-19, Media Asing Sebut 700 Anak Indonesia Meninggal Akibat Virus Varian Baru

Ilustrasi salah satu pejiarah kubur. (AFP)

Newstara.com JAKARTA – Sejumlah media asing turut memberitakan terjadinya krisis pandemi Covid-19 yang melanda Indonesia. Bahkan, mereka menyebutkan ratusan anak-anak yang terpapar dinyatakan telah meninggal dunia.

Seperti www.news.com.au memberitakan Indonesia saat ini tengah berjuang mengatasi gelombang infeksi baru, bahkan dalam tulisannya yang mengutip wawancara langsung dengan Perhimpunan Dokter Anak Indonesia, lebih dari 360.000 anak telah terinfeksi virus Covid-19 varian baru.

Sementara, kantor berita Al Jazeera melaporkan lebih dari 700 anak Indonesia telah meninggal dunia karena disebabkan oleh virus dan setengah dari kematian tersebut terjadi pada anak di bawah usia lima tahun.

Tidak mau kalah, The New York Times juga melaporkan telah terjadi lebih dari 100 kematian anak setiap minggu di Indonesia pada bulan Juni dan Juli 2021.

“Angka kami adalah yang tertinggi di dunia,” ucap Dr Aman Bhakti Pulingan, ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia.

Statistik yang dihadapi Indonesia merupakan bagian dari masalah yang lebih besar di mana catatan resmi menunjukkan 83.000 kematian dan lebih dari tiga juta total kasus terjadi.

“Itu terjadi ketika negara Indonesia menghadapi lonjakan kasus yang didorong oleh varian Delta yang sangat menular,” tulis media The New York Time.

Selain itu, kantor berita AFP melaporkan Presiden Joko Widodo memberlakukan PPKM untuk sebagian wilayah di Indonesia dan pemberlakukannya akan dilanjutkan hingga 2 Agustus 2021 mendatang. Sebelumnya, varian baru Delta Covid yang sangat menular telah mengguncang negara India dan Brasil yang menjadi pusat pandemi global.

“Indonesia melakukan pembatasan pada banyak usaha kecil, termasuk pasar tradisional dan tempat makan terbuka yang dikenal sebagai warung, dan saat ini kembali dilonggarkan bahkan di daerah yang paling parah terkena dampaknya,” tulis laporan AFP.

Selain itu, Pusat perbelanjaan dan tempat ibadah di Indonesia yang kurang terkena dampak pandemi juga mendapat lampu hijau untuk terus terbuka, namun diberlakukan jam kerja terbatas.

Sementara, sejumlah perkantoran masih di bawah perintah penutupan, meskipun ada beberapa laporan tentang pengusaha yang melanggar aturan PPKM sebelumnya.

Puluhan juta orang hidup dari mulut ke mulut di negara berpenduduk sekitar 270 juta jiwa, membuat pembatasan ketat yang terlihat di beberapa negara hampir mustahil.

Termasuk dalam pemerintahan Joko Widodo, yang terus menuai kritikan secara luas atas penanganan pandemi dan kebijakan yang menurut para kritikus pemerintah lebih mengutamakan perekonomian daripada kesehatan masyarakat.

Pengumuman pemerintah pada hari Minggu lalu, hanya berselang beberapa hari setelah Indonesia menunjukkan angka kematian 24 jam mencapai rekor 1.566, dan ketika Organisasi Kesehatan Dunia meminta negara Indonesia untuk memberlakukan pembatasan yang lebih ketat.

“Presiden Jokowi pun langsung berharap dari pembatasan PPKM secara ketat maka bisa terjadi penurunan infeksi harian dan tingkat hunian rumah sakit bisa berkurang,” tulis AFP.

“Tingkat kasus resmi turun, tetapi tingkat pengujian juga menurun dan jumlah hasil positif tetap tinggi – menunjukkan virus masih menyebar dengan cepat di negara ini,” tulisnya lagi.

Varian Delta telah terdeteksi di beberapa wilayah luar Jakarta, seperti Jawa dan Bali yang padat penduduk bahkan sejumlah rumah sakit mengalami pelonjakan pasien rawat inap Covid-19.

Pihak berwenang menyebutkan pasokan oksigen hampir habis. Bahkan, seperti daerah Papua juga mengalami kekurangan perawatan pasien akibat Covid-19.

Papua Nugini bahkan akan mempertimbangkan membatasi kunjungan perbatasan laut, udara, dan daratnya mulai Agustus dengan Indonesia.

Sebelumnya, Pemerintah menargetkan pemberian vaksinasi 1 juta perhari. Namun, bulan Juli 2021 hanya terealisasi sekitar 6 persen dari jumlah populasi yang telah di inokulasi sepenuhnya.

Negara Indonesia ini telah melaporkan lebih dari 3,1 juta kasus dan 83.000 kematian sejak pandemi dimulai, tetapi angka resmi itu secara luas diyakini sebagai jumlah yang sangat rendah karena tingkat pengujian dan penelusuran yang rendah. (AFP)

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

More in Covid-19