Connect with us

Nasional

Indonesia Bisa Lihat Komet Neowise, Fenomena Langka Hanya Muncul Sekali Dalam 6.800 Tahun

Salah satu indahnya penampakan Komet Neowise. (Ft. Instagram: @dakoko_minera)

Newstara.com JAKARTA – Komet Neowise tampak perkasa di atas langit dalam periode bulan Juli 2020 dan menjadi salah satu fenomena yang cukup langka karena posisinya sangat mendekati jarak Bumi yang hanya terjadi dalam 6.800 tahun sekali.

Science Alert menulis penampakan Komet Neowise yang ditemukan pada tanggal 27 Maret 2020 lalu oleh teleskop luar angkasa Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA).

Astronom amatir Marufin Sudibyo mengatakan adanya fenomena sangat langka dalam penampakan Komet Neowise yang bisa disaksikan saat benda luar angkasa itu melewati titik perihelionnya yang keluar dari medan pandang satelit pengamat matahari SOHO, dan merupaka terdekat dengan jarak bumi yang hanya terjadi setiap 6.800 tahun sekali.

Komet Neowise hanya muncul sekitar satu minggu saat fajar menyingsing atau sebelum terbitnya matahari dan pada tanggal 3 Juli 2020, merupakan puncaknya mencapai perihelion terdekat dengan matahari, lalu kembali mengorbit di Tata Surya dan para peneliti menghitung KOmet Neowise akan berakhir pada 10 juli 2020.

Sejumlah wilayah yang paling baik untuk melihat komet Neowise ini yakni pada kawasan subtropis, seperti di kawasan Eropa dan Amerika di Hemisfer Utara, Selandia Baru dan Australia Selatan di Hemisfer Selatan.

“Kawasan paling baik melihat Komet Neowise sudah mulai bisa dilihat sejak tiga jam sebelum matahari terbit,” tutur Marufin Sudibyo dikutip dari Kompas.com pada Rabu pagi, (15/07/2020).

Lalu untuk kawasan wilayah tropis atau berada pada lintang rendah atau ekuator sulit melihat komet karena kedudukannya yang terlalu rendah terhadap horizon, sehingga saat komet Neowise sudah memiliki ketinggian cukup, lokasinya segera di liputi cahaya fajar atau twilight yang lebih benderang ketimbang komet.

Namun, Komet Neowise dapat dilihat pada wilayah Indonesia pada kisaran tanggal 20 Juli 2020 setelah matahari terbenam tepatnya berada di langit barat laut, dan sedikit lebih redup atau saat estimasi magnitudonya +3 hingga +4, dan bisa dilihat dengan teleskop kecil atau alat bantu optik, dan masih sulit jika di lihat dengan mata telanjang.

Komet Neowise bisa dilihat pada fase senja sipil (Civil Twilight) telah berakhir atau sekitar 25 menit setelah terbenamnya matahari. Namun, ketinggian komet Neowise ini diperkirakan akan meningkat, tetapi magnitudonya akan terus menurun.

Sebelumnya, Pesawat Ruang Ankasa, Parker Solar Probe milik lembaga penerbangan dan antariksa Amerika Serikat NASA menangkap gambar komet Neowise atau C/2020 F3 itu dengan ekor kembar (Berekor 2) saat terbang melewati Venus.

“Ketika komet sangat aktif, tepat setelah pendekatan terdekatnya dengan Matahari, yang disebut perihelion,” tulis NASA di situs resminya, pada Senin lalu, (13/07/2020).

Gambar yang diambil instrumen WISPR probe itu mengambil gambar dari atmosfer luar Matahari dan angin Matahari dalam cahaya tampak, karena kebanyakan komet memiliki dua ekor, satu berupa debu dan satu terbuat dari molekul bermuatan listrik. Namun, kemungkinan Neowise memiliki dua ekor ion, yakni ekor atas dan ekor bawah.

“Ekor bawah, yang tampak luas dan tidak jelas, adalah ekor debu dari komet Neowise, dibuat ketika debu terangkat dari permukaan inti komet yang sudah mengikuti jejak di belakang komet dalam orbitnya,” tulis NASA lagi.

Untuk ekor atas seperti ekor ion, yang terdiri dari gas yang terionisasi dengan kehilangan elektron dalam cahaya Matahari yang cukup intens. Gas terionisasi ini diterpa angin Matahari yakni aliran konstan dari material bermagnetisasi Matahari sehingga menciptakan ekor ion yang memanjang langsung dari Matahari.

Gambar-gambar Parker Solar Probe nampak menunjukkan perbedaan dalam ekor ion. Ini bisa berarti bahwa komet Neowise memiliki ekor dua ion, selain ekor debu, meskipun para ilmuwan akan membutuhkan lebih banyak data dan analisis untuk mengkonfirmasi kemungkinan ini.

Sumber : Jurnal NASA, Science Alert, Kompas.com, Tempo.com

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

More in Nasional