Newstara.com TARAKAN – Komoditas Jagung merupakan salah satu produk pertanian yang diyakini mampu meningkatkan ekonomi masyarakat di Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara), karena memiliki masa tanam hingga 3 kali dalam setahun atau berusia sekitar 80 hingga 110 hari mulai dari masa penanaman hingga kering. Selama ini, komoditas sektor tersebut masih dianggap produk sampingan dengan pangsa pasar lokal dan belum benar-benar menjadi komoditas ekspor.
Ketua DPD Partai Nusantara Kalimantan Utara, Yoko Handani mengatakan komoditas Jagung merupakan investasi padat karya dengan investasi jangka pendek, bahkan mampu menjadi produk pertanian unggulan bagi masyarakat, apalagi adanya campur tangan Pemerintah Provinsi bersama Pemda setempat.
Bahkan, sektor pertanian ini mampu mensejahterakan petani serta meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada tahun pertama investasi. Artinya, Jagung akan berkontribusi lebih untuk meningkatkan ekonomi ditengah pandemi Covid-19 yang dalam jangka pendek sudah terlihat hasilnya.
“Memang masih banyak sektor pertanian yang bisa dikembangkan di Kaltara, seperti cabe, singkong dan lainnya dengan masa panen singkat. Namun, untuk jumlah besar menurut saya Jagung adalah pilihan yang tepat, dan dengan bantuan pemerintah maka kerjasama perdagangan lintas negara bisa dijalin, seperti dengan Filipina dan Malaysia yang saat ini memang masih membutuhkan Jagung sebagai olahan pakan ternak,” tutur Yoko Handani kepada Newstara.com pada Jumat siang, (02/04/2021) di Tarakan.
Menurutnya, Produksi Jagung asal Kaltara saat ini masih berada dibawah 26 ribu ton pertahun dan secara signifikan belum menyentuh kuota ekspor. Sementara, lahan kosong yang belum bermanfaat cukup besar, seperti Kabupaten Bulungan tersedia sekitar 168 ribu hektar, Kabupaten Nunukan sekitar 325 ribu hektar, Kabupaten Malinau sekitar 163 ribu hektar, dan belum termasuk Tarakan dan Tana Tidung.
Untuk kebutuhan pasar Filipina setiap tahun membutuhkan 1 juta ton dan negara tetangga Malaysia membutuhkan 3 juta ton pertahun sebagai bahan baku industri pakan ternak. Kaltara sendiri, diprediksi pada tahap awal mampu berproduksi hingga 1 juta ton sesuai analisa dari Kementerian Pertanian RI. dan jika produksi menembus 1 juta ton dengan harga perkilogramnya sekitar Rp. 3.400 maka uang akan beredar di Kaltara mencapai Rp. 3,4 triliun hanya dari komoditas Jagung aja.
“Hitung-hitungannya adalah jika satu hektar ladang Jagung mampu menghasilkan 16 hingga 18 ton, lalu kita bisa kalikan harga saat ini sekitar Rp 3.400 perkilogram maka satu hektar dapat menghasilkan minimal Rp 54 juta, lalu dipotong bibit, pupuk, pekerja dan lainnya pangkas 30 persen atau sekitar 16 jutaan, maka safety atau bersih mencapai Rp 37 jutaan, lalu kita kalikan lagi untuk 300 hektar lahan atau untuk target kita di Kaltara tembus 1 juta ton pertahun, maka bisa meraup Rp 3,4 Triliun kita pertahun,” tutur Yoko Handani.
“Masa panen Jagung bisa mencapai 3 kali dalam setahun dan penghasilan yang didapat dari sektor tersebut akan mampu menopang ekonomi Kaltara, bahkan efek majemuknya secara berkesinambungan mampu mensejahterakan para petani, sementara disatu sisi timbul penghasilan pajak ekspor atau pajak penjualan untuk PAD kita,” sambung
Yoko.
Yoko menyebutkan kerjasama yang baik dibutuhkan bagi Pemprov Kaltara, Pemda serta Perangkat Desa sebagai penampungan sementara lalu diteruskan ke penampungan yang lebih besar yang bisa dikelola oleh BUMD atau Perusda Kaltara, dan untuk sementara dapat di ekspor ke negara tetangga dalam bentuk bahan baku Jagung Kering. Namun, pada suatu titik tertentu komoditas ekspor berupa Jagung kering dapat diolah menjadi produk tinggi menjadi tepung jagung atau lainnya guna meningkatkan nilai ekspor.
“Untuk sementara, bisa raw material dulu di ekspor, setelah kita sudah mandiri maka jagung kering bisa disempurnakan bahannya menjadi tepung jagung sehingga nilai jualnya juga lebih tinggi,” tutup Yoko Handani
Reporter: Aldi S