الحمد لله، والصلاه والسلام على رسول الله..
Sobat beriman yang dirahmati Allah SWT, sebagai manusia kita tidak akan luput dari salah dan dosa, namun pada hakikatnya kita kembali ke hadapan Allah untuk beriman. Nah, biasanya paska Ramadhan dan Idul Fitri kita sering kali menurunkan kadar atau kwalitas keimanan kita karena satu dan dua hal. Lalu, bagaimana cara mengatasinya, kali ini redaksi Newstara.com membagikan tips-tips untuk para Sobat Beriman.
Ketika kita futur atau turun kwalitas iaman, apa yang harus kita lakukan? Karena yang namanya manusia, tidak akan selamanya semangat terus. Pasti ada masa-masa futur. Dan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pun juga sudah memberitahukan itu. Kata Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam hadits riwayat Imam Ahmad dan yang lainnya:
إِنَّ لِكُلِّ عَمَلٍ شِرَّةً , وَلِكُلِّ شِرَّةٍ فَتْرَةٌ
“Setiap amal itu ada masa-masa semangat dan setiap masa semangat ada masa futurnya (turunnya)”
Di sini Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memberikan kepada kita sebuah tips bagaimana kita saat futur. Kata Rasulullah:
فَمَنْ كَانَتْ فَتْرَتُهُ إِلَى سُنَّتِي فَقَدِ اهْتَدَى
“Siapa yang masa futurnya kepada sunnah lagi, ia sungguh dapat hidayah.”
وَمَنْ كَانَتْ فَتْرَتُهُ إِلَى غَيْرِ ذَلِكَ فَقَدْ هَلَكَ
“Dan siapa yang masa futurnya bukan kepada sunnah, sungguh ia telah binasa.”
Nah, ketika kita futur. Misalnya kita lagi semangat baca Quran, baca Quran, baca Quran, dan ternyata qadarullah saat semangat, semangat, semangat, semangat, semangat naik terus, ada masa-masa futurnya. Maka disaat itu yang kita lakukan coba kita berpindah kepada sunnah lagi. Kita futur dari membaca Al-Qur’an, coba kita pindah baca kitab-kitab yang bermanfaat.
Lalu yang binasa itu siapa?
Ketika ada orang yang futur dari baca Qur’an pindah baca koran. Nah, seperti ini binasa.
Maka ketika kita menghadapi futur seperti itu dalam suatu amalan, coba kita pindah kepada amalan lain yang kita semangat mengerjakannya. Hal ini supaya kita berpindah dari sunnah menuju sunnah lagi. Maka ini futur yang bersifat parsial (pada amalan tertentu).
Ada futur yang sifatnya menyeluruh, dan ini bahaya. Biasanya futur seperti ini akibat maksiat dan dosa. Karena kata Al-Imam Ibnu Qayyim Rahimahullah:
المعاصي تضعف القلوب
“Maksiat itu membuat hati lemah.”
Maka ketika kita banyak maksiat, kita pernah melakukan maksiat, akibatnya hati kita lemah. Di saat hati kita lemah akhirnya beratlah kita untuk mengamalkan kebaikan.
Disaat itu apa yang harus kita lakukan?
Segera kita istighfar kepada Allah, banyak kita bertaubat kepada Allah, minta ampun kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kemudian kita berusaha untuk mujahadah (berjihad kembali untuk membiasakan amalan shalih) yang sudah mulai futur tersebut. Tidak boleh kita biarkan. Kalau misalnya sudah mulai futur lalu kita biarkan, biarkan, biarkan, sampai akhirnya semangat kita untuk beribadah hilang sama sekali. Ini sangat berbahaya tentunya.
Maka harus kita berjihad melawan hawa nafsu kita. Allah berfirman:
وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا
“Dan orang-orang yang berjuang di jalan Kami, Kami akan berikan ia hidayah kepada jalan-jalan Kami yang lain.” (QS. Al-Ankabut[29]: 69)
Artinya kalau kita berjihad melawan hawa nafsu kita, untuk melawan kefuturan kita, untuk terus kita beramal shalih, maka Allah akan membukakan pintu-pintu kebaikan yang lainnya sehingga kita mampu untuk melakukan amalan-amalan kebaikan yang lainnya.
Maka disinilah, saudaraku.. Disaat futur, jangan biarkan!
Pergilah Anda kepada orang shalih atau seorang Ustadz atau teman Anda yang MasyaAllah bisa memberikan nasihat. Saat kita futur, pergilah kepada mereka-mereka yang MasyaAllah kita yakin dia punya ilmu. Minta nasihat kepadanya supaya kita bisa kembali semangat didalam beramal shalih. Ketika kita futur, juga kita berusaha membuka kitab-kitab para ulama, bagaimana biografi kehidupan mereka. Ketika kita melihat bagaimana para ulama semangat mereka didalam beramal shalih, kita juga baca ayat-ayat dan hadits-hadits yang memberikan motivasi dalam amal.
Misalnya ketika kita sudah mulai futur menuntut ilmu, kembali kita membaca bagaimana pahala menuntut ilmu Allah Subhanahu wa Ta’ala dan bagaimana Salaf terdahulu menuntut ilmu. Ketika kita sudah mulai futur shalat tahajud, kembali kita baca bagaimana pahala yang besar daripada shalat tahajud dan bagaimana balasan yang Allah berikan kepada orang yang shalat tahajud. Sehingga pada waktu itu kita kembali semangat.
Maka dari itulah Sobat Beriman, jangan biarkan futur itu terus menghinggapi hati kita. Jangan biarkan futur itu terus menghantui keimanan kita. Harus kita lawan. Kita harus terus bersemangat. Kita ingin berusaha seperti para Nabi. Allah berfirman:
وَكَأَيِّن مِّن نَّبِيٍّ قَاتَلَ مَعَهُ رِبِّيُّونَ كَثِيرٌ فَمَا وَهَنُوا لِمَا أَصَابَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّـهِ وَمَا ضَعُفُوا وَمَا اسْتَكَانُوا ۗ وَاللَّـهُ يُحِبُّ الصَّابِرِينَ ﴿١٤٦﴾
“Berapa banyak para Nabi yang berperang bersama sahabat-sahabatnya, mereka tidak lemah terhadap musibah yang menimpa mereka, mereka pun tidak menjadi futur akibat daripada rintangan yang mereka hadapi. Tapi mereka terus bertawakal kepada Allah dan Allah cinta kepada orang-orang yang sabar.” (QS. Ali-Imran[3]: 146)
Nah, Sobat Beriman. Semangat itu harus dikobarkan terus. Jangan sampai padam. Jangan biarkan semangat itu lama-kelamaan kemudian padam. Karena itu akan menyebabkan kita binasa dalam api neraka. Na’udzubillah Nas’alullah as salamah wal ‘afiah.
Sumber : https://www.radiorodja.com/