Connect with us

Opini

Partai Gelora Menantikan Macan Tidur Terbangun

Ketua Umum DPN Gelora Kaltara, M. Anis Matta bersama Ketua DPW Gelora Kaltara Surya Yuniza. (Ft. Dok)

Macan Asia tertidur pulas. Tidak ada lagi sebutan yang pas mengangkat citra bangsa kita dimata dunia minimal Asia Tenggara. Tidak ada lagi pula game changer yang dahulu dimainkan tiga serangkai Bung Besar, bung hatta dan bung kecil.

Jika dahulu kerajaan menyatu maka disebut menjadi nusantara, lalu perbedaan budaya, suku, bahasa, agama menjadikan kita bangsa, lalu masa penjajahan setelahnya membuat kita menjadi Indonesia.

Tiga fase sejarah itu seakan kita sudah kenyang dengan penindasan dan perjuangan. Seperti kita sudah kebal dengan ujian. Namun mengapa sekarang perbedaan itu membuat kita rapuh.

Senasib, serasa, seperjuangan mungkin faktor musabab yang membuat leluhur kita mampu melepas sisi perbedaan itu. Sama-sama berada ditanah yang sama, memakan hasil dari pangan yang sama.

Mungkin benar juga yang disebut pepatah, kita mampu bersabar atas penderitaan tapi tidak sabar atas kesempurnaan.

Belajar dari usia Belia

Kalimantan Utara tumbuh seiring usia yang masih belia. Meski baru berusia 7 tahun, namun secara de facto Kaltara adalah wilayah NKRI sejak lama. Berkaca dengan milestone Indonesia, kaltara tidak lagi berhadapan dengan perbedaan.

Semua warga dari beragam suku, agama, budaya diterima dengan baik. Tidak ada yang diistimewakan dan direndahkan. Semua equal, diterima sebagai sesama anak bangsa.

Jika ditangan Soekarno bangsa kita bisa menjadi Indonesia, ditangan Pak Harto kita merasakan pembangunan. Setelahnya kita lahir sebagai bagian yang menikmati reformasi. Lalu apa yang pantas disematkan saat ini?

Disinilah diperlukan sosok yang mampu menjadi otaknya Indonesia. Dimanapun dia berkiprah, menjabat atau diberi amanat maka yang pertama kali di pikirkan adalah kesejahteraan yang memilihnya.

Kesejahteraan adalah pilar asasi manusia. Disana seseorang akan dipandang dan dihargai. Mampu menegakkan marwah dan jati diri. Namun kesejahteraan tidak cukup jika tidak dikendalikan dengan jiwa yang diisi dengan ruhani.

Disinilah mengapa sila pertama Pancasila ditancapkan diatas sila yang lain. Nilai Ketuhanan harus ditinggikan. Karena kita hidup dengan naluri beragama. Saling tenggang rasa adalah budaya yang sudah mendarah daging.

Kalimantan Utara harus jadi prototype bagi daerah lain. Meski berada di wilayah perbatasan yang jauh dari ibukota namun bisa menjadi contoh kerukunan dan kemajuan. Kaltara bisa menjadi wajah kemajemukan Indonesia.

Kalimantan Utara juga harus menjadi wadah terbitnya pemimpin berkelas terlebih pada momentum Pilkada 2020. Apakah Kaltara akan menjadi Provinsi yang berkemajuan dan terdepan? Kepada bakal calon yang akan berkompetisi harapan ini kita titipkan. Dan kita semua sebagai warga kaltara turut yang menentukan.

Surya Yuniza
Ketua DPW Partai Gelora Kaltara

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

More in Opini