Newstara.com TANJUNG SELOR – Salah satu mega proyek Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Sungai Kayan sedianya akan dibangun di Provinsi Kaltara, Kabupaten Bulungan, Kecamatan Peso, Desa Long Peso dan untuk menuju ke lokasi pembangkit listrik itu hanya dibutuhkan sekitar 10 menit.
Saat ini, diduga lokasi eks camp PT Suwaran Jaya itu masih nampak lengang atau tanpa aktifitas dan belum diketahui kapan dimulainya pembangunannya karena baru terlihat sebuah pondok dan beberapa kontainer bekas yang kemungkinan dijaga oleh para pekerja. Bahkan, sebuah akun di media sosial atas nama Hendru sempat memposting video penampakan lokasi pembangit listrik beberapa waktu yang lalu.
“Sama sekali belum ada aktifitas disana,” tutur perekam video tersebut.
Sebelumnya, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengatakan bahwa saat ini Pemerintah fokus dalam membangun dan mengembangkan energi baru terbarukan, salah satunya adalah PLTA Kayan di Provinsi Kalimantan Utara.
Bahlil menyebutkan PLTA Kayan merupakan pembangkit listrik yang sangat ramah lingkungan dan tarif listriknya lebih murah dari China. Bahkan, termurah sedunia karena saat ini rekor tarif listrik termurah didunia masih dipegang China sebesar US$ 8 sen per kwh, sementara PLTA Kayan mampu menjual tarif listrik sebesar US$ 6 sen per kwh.
“Kalau ini semua kita bangun listriknya dengan PLTA maka otomatis kita terkenal dengan proses yang ramah lingkungan dan biaya murah,” tutur mantan Ketua HIPMI ini beberapa waktu lalu di Jakarta.
“China paling murah sekarang US$ 7-8 sen per kwh, jika tahun 2022 sudah bisa berproduksi maka kita lebih murah, bahkan waktu itu Pak Luhut mengatakan bisa menjadi US$ 4, tapi setelah kita hitung dengan pembanding lain maka tembus US$ 5-6 saja,” sambungnya.
Sekedar informasi, kapasitas PLTA Kayan sebesar 9.000 MW yang artinya secara keseluruhan menelan biaya US$ 20,7 hingga 24,3 miliar, sumber pendanaan berasal dari Powerchina yang sebelumnya telah menandatangani Perjanjian Pengembangan Bersama (PPB) untuk PLTA Hydropower 1-5 dengan PT Indonesia Kayan Hydropower Energy Co. Ltd di Sungai Kayan pada pertengahan tahun 2019 lalu.
Reporter: Sahri dan Mufreni