Newstara.com TARAKAN – Menteri Agama (Menag) Fachrul Razi sebelumnya meminta maaf atas pernyataan yang menjadi polemik, terkait penggunaan cadar dan celana cingkrang (gantung,red) di lingkungan instansi pemerintahan, namun pernyataan itu tetap akan di usulkannya karena PNS memang memiliki aturan cara berpakaian sendiri.
Sementara, Ketua Muhammadiyah Tarakan H Abdul Rahman SH menyebutkan bahwa sampai saat ini sudah jelas bahwa sikap Muhammadiyah melalui majelis pengurus pusat bahwa akan mentaati ketetapan dan tidak perlu diperedebatkan untuk menjadi sebuah masalah, serta dakwah yang dilakukan sesuai dengan sunnah Rasulullah SAW dan tidak menyangkut persoalan radikalisme.
“Dan selama ini kita dikenal melakukan dakwah tradisional dan modern serta tidak juga terlalu keras menanggapi yang memang sudah di sunnahkan, dan itu bukan sebuah radikalisme, padahal kita tahu bahwa Islam itu rahmatil alamin dan menjadi inti dari Muhammadiyah yakni memberikan rahmat seluruh alam, alam aja mendapat rahmat apalagi manusia,” ucapnya kepada Newstara.com Sabtu siang, (09/11/2019) di Tarakan.
“Dan kita di ajarkan untuk menghormati Alquran dan Sunnah Rosul serta pemimpin yang sah, namun jika itu bertentang dengan akidah maka tidak perlu kita ikuti,” tambahnya.
Rahman mengatakan ranah Islam itu sudah jelas bahwa diberikan kebebasan sebesar-besarnya atas keyakinannya, dan UU juga memberikan kebebasan setiap warga negara menjalankan ibadahnya, dan apa-apa yang menjadi keyakinan maka disetrahkan kembali kepada individu masing-masing dan jangan sampai ini menjadi bias. Artinya, jangan menjadi penghalang bagi seseorang untuk beribadah sesuai agamanya, kecuali sesuatu yang dilarang bagi agama maka akan menjadi terlalang.
“Hingga kini Muhammadiyah selalu memberikan pendidikan yang baik bagi masyarakat, bahkan pesantren di Tarakan sudah berjalan tahun ke-enam, tidak ada radikalisme semua berjalan sesuai tuntutan Islam dan Rasulullah SAW, karena kita mengenal ada istilah Muhammadiyyah itu adalah bagaimana menjadi pelopor dan pelangsung amanah ummat,” tuturnya.
“Sekali lagi saya katakan, Muhammadiyah akan selalu bersinergi dengan pemerintah serta taat kepada Allah, sunnah Rasulullah serta para pemimpin kalau itu tidak menyentuh persoalan akidah, kalau sudah menyentuh kepada akidah kita tidak perlu kita taati pemimpin,” tegasnya.
Rahman menyebutkan, Muhammadiyah berperan aktif membangun bangsa dan keberadaannya tetap konsisten menjaga keutuhan bangsa baik melalui jalur pendidikan hingga dakwah. Sehingga harus dipahami bahwa melalui tokoh-tokoh bangsanya, Muhammadiyah menjadi pelopor mendirikan bangsa dan ikut merumuskan Pancasila sebagai pilar bangsa dan negara.
“Tokoh-tokoh Muhammadiyah ikut mengisi kemerdekaan dan menegakkan bangsa Indonesia menjadi bangsa berdaulat dan berdemokrasi, ini yang harus ditekankan,” tutupnya.
Reporter: Yoko Handani
