Newstara.com TARAKAN – Bakal Calon (Balon) Wakil Gubernur Kalimantan Utara (Kaltara) yang sudah menyatakan bahwa dirinya akan berpasangan dengan H. Abdul Hafid Achmad tokoh dari Kabupaten Nunukan sekaligus Bupati dua periode itu, meyakini bahwa konstalasi politik dalam Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur periode 2020-2025 hanya akan di ikuti kisaran 3 pasangan calon.
Sekedar informasi, saat ini muncul sejumlah nama-nama kandidat yang berperan aktif dan diperkirakan akan maju dalam Pilkada Kaltara. Mereka antara lain, petahana Gubernur aktif H Irianto Lambrie, petahana Wakil Gubernur aktif H Udin Hianggio, H Undunsyah, H Abdul Hafid, Ahmad Kartadi, Anang Dachlan Djauhari, Ibnu Saud, Ingkong Ala, Jhonny Laing Impang, Jusuf Serang Kasim (JSK), La Tinro La Tunrung, M Yunus Abbas, Marthin Billa, Sabirin Sanyong, Yansen TP dan Zainal Arifin Paliwang.
Kandidat tersebut belum memastikan apakah akan maju sebagai posisi 01 atau 02. Namun, Sabirin Sanyong memastikan ada beberapa paslon yang tidak dapat rekomendasi parpol sehingga tidak mengikuti konstalasi politik di Kaltara.
“Tidak terkecuali balon yang populer juga akan bersaing di parpol untuk mendapat rekomendasi dari DPP, nah kalau saya lihat kira-kira ada sekitar tiga pasangan calon saja yang akan mengikuti konstalasi politik di Kaltara,” ujar Sabirin Sanyong kepada Newstara.com pada Selasa malam, (20/11/2019) melalui selulernya.
Baginya, semua pasangan calon masih belum final dalam menentukan pasangannya dan koalisi partainya. Namun, salah satu kandidat seperti JSK dianggap masih tarik ulur untuk pasangannmya begitupula dengan H Udin Hianggio seorang tokoh politik santun dan low profile, bersahaja dan populer dan memiliki modal sosial yang kuat.
“Cuma apakah dengan menarik simpati seperti itu cukup bagi DPP, kalau sosok saya kira beliau sangat luar biasa, Hanya DPP melihat banyak pertimbangan, ini kita bicara untuk mendapat rekomendasi parpol yah,” ujarnya.
Sabirin mengatakan untuk mengalahkan petahana maka ada beberapa strategi santun dan khusus yang akan dilakukan dirinya dengan pasangannya H Abdul Hafid Achmad. Namun, strategi itu tidak bisa di publish dengan alasan apapun, sementara saat ini yang dilakukannya hanya tetap bekerja dan bergerilya hingga door to door untuk memperkuat gerakan bawah tanah, lalu hingga sampai waktu yang tepat maka kita akan munculkan strategi tersebut.
“Tunggu waktu yang tepat baru kita munculkan, tapi kita juga tidak bisa langsung pede dan jumawa mengatakan bisa kalahkan dua petahana, dan saya kira tetap saja kita lakukan tahapan strateginya karena setiap paslon nantinya mempunyai peluang yang sama untuk menang,” ujarnya.
Sabirin mengatakan tiga pasangan calon yang dimaksudnya ada hubungannya dengan 3 partai besar yang saat ini memenangkan pemilu antara lain partai Hanura, PDIP dan Partai Gerinda. Setiap langkah dan gerakan 3 partai ini menjadi sorotan publik, bahkan semua memiliki kader yang siap untuk maju sehingga 3 pasangan plus calon independen menjadi hal yang wajar.
“Sekali lagi saya katakan bahwa politik itu dinamis, dan dialetika politik yang saling tarik ulur bahkan thread off (tarik ukur,red) dilakukan balon saya lihat saat ini, ketika kemudian salah satu birokrat eksekutif maupun TNI Polri muncukl tentu itu merupakan salah instrumen politik juga. juga bisa dikatakan mengganggu peta poilitik dalam tand kutip karena menjadi salah satu kandidat yang diperhitungkan karena juga memiliki instrumen politik,” tambahnya.
Selain itu, ketiga partai besar yang saat ini menguasai DPRD Kaltara juga akan sulit untuk disatukan karena memunculkan kadernya, juga memiliki platfoam berbeda sementara jika dipaksakan maka harus melalui diskusi yang cukup panjang dan penerjemahan dari partai masing-masing berbeda.
“Nah tapi berbeda bilamana parpol-parpol ini memunculkan satu orang diluar dari kader dan sepakat untuk mendorong mendorong orang luar sesuai survey dan pertimbangan lainnya, maka bisa bersatu dan mendorong memperkuat balon yang diusung,” tuturnya.
Sekedar informasi, Sabirin Sanyong sebelumnya bertarung dalam Pemilihan Legislatif (Pileg) periode 2019-2024. Namun, langkahnya terhenti dengan perolehan suara yang tidak mencukupi diantaranya adalah Kabupaten Bulungan mendapat 509 suara, Kabupaten Nunukan 465 suara, Kabupaten Malinau 281 suara, Kota Tarakan 1.276 suara dan Kabupaten Tana Tidung 131 suara dengan suara rusak dan masuk ke partainya Perindo lebih dari 1.000 suara.
Reporter: Yoko Handani